Buat sobat yang sering membolak-balik kalender mencari tanggal merah, mungkin kalian pernah bertanya-tanya. Kenapa bulan Februari hanya memiliki 28 hari dan masuk ke dalam siklus tahun kabisat setiap 4 tahun? Penulis pun tidak pelak dari rasa penasaran, lho. Seperti apa sih asal-usul perhitungan jumlah hari di bulan Februari? Nah, untuk mengobati rasa penasaran sobat, tulisan YPS Content Writer berikut dijamin bermanfaat. Simak, yuk!
Jejak perhitungan kalender modern dapat ditarik ke tradisi penanggalan Romawi kuno. Romulus, Kaisar pertama Roma, sangat senang dengan perayaan, jamuan, upacara kemiliteran, dan acara keagamaan. Untuk mengorganisir agenda-agenda kerajaan tersebut, bangsa Roma pun mulai mengembangkan sistem kalender berdasarkan penanggalan bulan. Kala itu, satu tahun dibagi menjadi 10 bulan (Maret-Desember) dengan lama 30-31 hari tiap bulannya. Saat pertama kali disusun, bulan Januari dan Februari tidak termasuk ke dalam kalender dinasti Romulus. Kalender Romulus saat itu hanya memiliki 304 hari dalam satu tahun.
Masalah timbul saat kalender yang dipakai tidak sesuai dengan siklus musim setempat. Perhitungan 10 bulan kalender Romulus dianggap terlalu singkat dan menyisakan setidaknya 61 seperempat hari sebelum siklus kalender dimulai kembali pada musim semi di bulan Maret. Penerus Kaisar Romulus, Numa Pompilius, mengatasinya dengan mengurangi 1 hari pada bulan-bulan tertentu yang memiliki jumlah 30 hari atau ber-angka genap. Ia kemudian menambahkan bulan Januari dan bulan Februari di belakang bulan Desember, dengan masing-masing jumlah hari sebanyak 29 dan 28 hari. Total jumlah hari dalam satu tahun pada kalender Pompilius menjadi 355 hari.
Ada satu hal yang menarik dari asal nama bulan Februari yang dibuat pada masa dinasti Pompilius (753-674 SM). Bangsa Roma sangat percaya takhayul dan menganggap angka genap adalah pertanda buruk. Hal ini pula yang menjadi alasan Kaisar Pompilius menghilangkan angka genap dari kalendernya. Hanya bulan Februari saja yang dibiarkan memiliki angka genap, sebab pada bulan itu masyarakat Roma tengah merayakan festival penyucian dan penebusan kepada Dewa Juno. Asal nama Februari pun diambil berdasarkan tradisi Februum yang artinya penyucian.
Apabila Numa Pompilius membagi Februari menjadi 28 hari, lalu kenapa kita mengenal adanya jumlah 29 hari di bulan ini, ya? Jawabannya karena terjadi transisi pada penanggalan Romawi saat kekasairan termasyur di dunia itu dipimpin Julius Caesar. Julius yang sangat dekat dengan kebudayaan Mesir mengganti sistem penanggalan bulan dengan penanggalan matahari yang populer di Mesir. Hal ini memungkinkan Kaisar Julius menambah 10 hari ke dalam perhitungan kalender Pompilius menjadi 365 hari. Ia juga menggeser bulan Januari dan Februari ke awal tahun. Tidak hanya itu, untuk mengatasi ketidaksinkronan perayaan kelahiran Dewa Matahari tiap tanggal 25 Desember dengan pergerakan benda-benda langit, pada tahun 45 M, Kaisar Julius memerintahkan untuk menambah 1 hari di bulan Februari tiap 4 tahun. Tahun di mana bulan Februari ditambah menjadi 29 hari ini disebut tahun kabisat di dalam kalender Julius.
Itu tadi seputar perhitungan jumlah hari di bulan Februari dan kelahiran tahun kabisat. Di bulan Februari tahun 2018 ini, kita hanya mendapatkan 28 jumlah hari, untuk itu lewati hari-mu di bulan ini dengan bijaksana ya, sobat! Bulan Februari dengan jumlah 29 hari sudah kita dapatkan di tahun 2016 lalu, jadi tahun kabisat berikutnya akan terjadi pada tahun 2020 mendatang. Bagi Sobat yang kebetulan berulang tahun di tanggal 29 Februari layak berbangga diri sebab tanggal kelahiran-mu punya kisah yang panjang dan spesial. (IA)
Sumber gambar: Britannica.com