Film Bumi Manusia baru saja tayang serentak di bioskop tanah air pada 15 Agustus lalu. Film adaptasi dari novel legendaris karya Pramoedya Ananta Toer ini memang sengaja diperuntukan menyambut peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-74. Di samping itu, tidak keliru rasanya jika ada yang menyebut langkah ini menjadi salah satu siasat menggaet milenial agar cinta sejarah.
Bagi kalangam milenial dan generasi setelahnya, Bumi Manusia bisa jadi bukan sekedar film sejarah biasa. Alasannya sederhana. Apa lagi kalau bukan karena kehadiran aktor muda Iqbal Ramadhan sebagai pemeran tokoh utama Minke. Seperti yang sudah diketahui, Iqbal pernah memerankan panglima geng motor bernama Dilan yang sukses menebar kata-kata gombal di setiap lini sosial media para pemuda dan pemudi baper se-Indonesia.
Baca juga: Di balik Wajah Joko Anwar, Darah Baru Film Eksploitasi Indonesia (Bagian 1) dan (Bagian 2 – Habis)
Karya-karya Pram sangat kental akan nilai-nilai perlawanan terhadap belenggu sebuah rezim. Meskipun fiksi, apa yang disakisahkan Pram dalam sebagian besar novelnya sebenarnya diangkat dari sejarah. Dalam novel Bumi Manusia yang dikenal juga sebagai babak pertama Tetralogi Buru misalnya, Pram bercerita tentang perlawanan dan pencarian harapan di tengah ketidakadilan hukum pemerintah kolonial Belanda di pengujung abad 19.
Tema yang cenderung berat dan tidak menarik buat anak muda itu kemudian menjadi enteng dan enak dicerna setelah dibalut kisah cinta antara Minke si pemuda pribumi dengan gadis Indo bernama Annelies (Mawar Eva De Jongh). Babak percintaan keduanya mengiringi serangkaian peristiwa pelik berlatar budaya dan sejarah penjajahan Belanda yang kemudian menjadi cikal bakal perasaan nasionalisme yang dikenal kini.
Baca juga: Black Panther, Pahlawan Isu Rasial Orang Kulit Hitam dan Bangsa Terjajah
Melansir CNNIndonesia, Sabtu (17/08/2019), Hanung Bramantyo selaku sutradara film adaptasi Bumi Manusia mengatakan bahwa tokoh Minke dan Annelies mampu menjadi gambaran keadaan anak di masa kini. Anak muda dalam pikiran Hanung sudah tidak lagi anti terhadap politik dan mau membaca sejarah. Mereka membuat meme dan melontarkan ejekan politik seperti halnya yang dilakukan Minke terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Hanung dalam kapasitasnya sebagai seniman memang tidak menganjurkan agar anak-anak muda berlajar masa lalu dari sekedar menonton film sejarah. Meski begitu, film bertemakan sejarah tetap memiliki peranan dalam memacu rasa penasaran masyarakat kepada sejarah itu sendiri.
Buktinya, siasat menggaet milenial agar cinta sejarah melalui Bumi Manusia nampak sukses besar. Semakin banyak orang yang mencari tahu tentang sosok asli Minke di dunia nyata yang dikenal juga sebagai jurnalis berpena tajam bernama Tirto Adhi Soerdjo. (IA)