Saat mendengar Da Lat mungkin sobat bakal bingung dan mulai bertanya-tanya, “dimanakah tempat itu?” Da Lat sebenarnya merupakan ibu kota Provinsi Lâm Đồng di Vietnam Selatan. Jika sobat adalah pecinta sejarah Indonesia, kamu sepatutnya tahu bahwa di kota inilah bapak proklamasi Sukarno dan Hatta pertama kali menjemput kemerdekaan Republik Indonesia.

Kota yang terletak di daratan tinggi ini akrab disapa sebagai kota seribu pohon pinus. Sangat kontras dengan iklim tropis Vietnam yang seringkali membuat peluh bercucuran, Kota Da Lat memiliki iklim yang sangat sejuk. Tidak heran jika kota yang juga kental akan nuansa Perancis ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Vietnam.

Sensasi musim semi hampir selalu akan sobat rasakan jika berkunjung ke Kota Da Lat. Di kala pagi, suasananya bak pinang di belah dua dengan pemandangan di kawasan puncak di Bogor. Barisan perkebunan teh dan kopi yang tergelar sepanjang mata memandang hampir selalu ditutupi oleh kabut. Berbagai variasi bunga juga bisa ditemui di Da Lat, sampai-sampai para turis menjulukinya sebagai Kota Musim Semi Abadi.

Baca juga: Kamu Penggemar Detektif Conan? Yuk, Melancong ke Conan Town di Jepang!

Tentu saja dengan pemandangan alam yang sedemikian indah, sobat akan menemukan banyak sekali tujuan wisata alam yang mempesona di sini. Dengan kontur tanah yang berbukit-bukit tidak akan sulit menemukan penampakan air terjun di beberapa titik di luar kota. Beberapa wisata air terjun di Da Lat yang terkenai ialah Air Terjun Da Tan La dan Air Terjun That Voi.

Di samping pesona alam dan hamparan kebun bunga yang tumbuh setiap tahun, Da Lat juga terkenal dengan bangunan-bangunan eksotis. Hằng Nga guesthouse adalah salah satunya. Bangunan yang punya julukan lain Crazy House ini memang punya bentuk arsitektur yang janggal berupa akar-akar raksasa melilit sebuah bukit.

Berkat akar kebudayaan Buddha yang kuat, sobat juga bakal menemui beberapa kuil bersejarah di Da Lat. Salah satu yang sangat sayang dilewatkan ialah Linh Phuoc Pagoda. Bangunan yang juga disebut sebagai kuil naga ini dibangun dengan aksen badan naga yang melilit hampir seluruh bagian eksterior kuil. Uniknya, ada bagian kuil yang dibangun hanya menggunakan tumpukan 12.000 botol bir.

Baca juga: Boven Digoel, Tujuan Wisata Sejarah Terbaru yang Anti-Mainstream

Menjemput Kemerdekaan ke Da Lat

Kemerdekaan Republik Indonesia tidak didapat dengan mudah. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak tetesan darah dan air mata di balik perjuangan para tokoh kemerdekaan menjemput hari merdeka. Selain perjuangan para pemuda di front depan, peran golongan tua yang digawangi Sukarno dan Mohammad Hatta bernegosiasi dengan Jepang juga tidak sepatutnya dilupakan.

Saat itu para tokoh kemerdekaan tentu belum tahu kapan pekik hari merdeka akan dikumandangkan untuk pertama kali. Kegalauan para tokoh bangsa ini disambung oleh janji kemerdekaan yang hendak diberikan Jepang.

“Kapan pun bangsa Indonesia siap, kemerdekaan boleh dinyatakan. Setelah tanggal 24 Agustus lebih baik,” demikian ucapan Marsekal Hisaichi Terauchi kepada Sukarno dan Hatta dalam pertemuan mereka di Da Lat, seperti dilansir dari Republika (12/8/2014).

Baca juga: 5 Destinasi Wisata Sejarah Untuk Menemani Momen Liburan di Hari Kemerdekaan

Sukarno, Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat pada waktu itu diterbangkan secara rahasia oleh militer Jepang ke Vietnam khusus untuk menemui Terauchi. Kebetulan sang Marsekal Kekaisaran Jepang yang paling berkuasa di Asia Tenggara itu sedang sakit sehingga memilih berdiam di Da Lat yang juga dikenal sebagai markas besar Jepang di Indochina paling sejuk sepanjang Perang Pasifik (1941-1945).

Menurut Kronik Revolusi Indonesia Jilid I (2005), rombongan Sukarno tiba di Da Lat dalam pengawalan ketat pada pukul 10.00 tanggal 12 Agustus 1945. Rombongan baru kembali ke Indonesia pada 14 Agustus 1945. Sampai beberapa tahun kemudian, tidak ada yang tahu menahu jejak perjalanan mereka saat itu karena Jepang melarang siapapun untuk buka mulut.

Pertemuan dirahasiakan sedemikian rupa lantaran Jepang sendiri merasa sangat kepayahan menghadapi Perang Pasifik. Ada niatan untuk memerdekakan Indonesia agar bangsa ini merasa berhutang budi dan mau membantu Jepang menghadapi pasukan Sekutu. Meski pada akhirnya, negeri yang mengaku sodara tua itu tidak mendapatkan apa yang mereka kehendaki karena kemerdekaan dilaksanakan lebih cepat sesuai kehendak bangsa Indonesia (IA)

Sumber gambar: dalat-tour.com