Indonesia memiliki keunikan alam yang tiada duanya di dunia. Selain dikenal memiliki laut yang begitu luas, negeri ini juga diberkati gunung api baik yang masih aktif maupun yang sudah non aktif. Gunung-gunug itu membentang dari ujung barat hingga timur negera ini. Salah satu gunung yang terkenal adalah Gunung Merapi. Rasanya tak berlebihan jika menyebut gunung yang secara administratif berada di dua propinsi, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah ini adalah gunung api terpopuler di Indonesia. Bentang alam yang indah adalah sebuat berkah bagi warga sekitar dan juga Indonesia pada umumnya, tetapi tak dipungkiri Merapi juga sangat aktif, sehingga tak jarang membuat masyarakat ketar-ketir akan erupsi yang mungkin terjadi. Kali ini, secara khusus YPS Content Writer akan mengajak Anda lebih dekat dengan gunung yang juga sarat akan kesan mistis ini dalam sebuah artikel khusus bertajuk Gunung Merapi : antara berkah dan musibah.

Berdiri kokoh dengan kaki berada di 4 kabupaten, yaitu, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sleman (DIY), Kabupaten Magelang Dan Kabupaten Boyolali, Merapi menjadi Gunung yang menawarkan berjuta pesona. Alamnya yang masih hijau dengan tumbuh-tumbuhan yang menyelimutinya membuat Gunung Merapi begitu asri. Udara dingin menjadi ciri khasnya. Hampir di setiap kabupaten yang mengelilingi gunung ini memiliki destinasi wisata menarik yang menawarkan pesona kegagahan sang Merapi.

Di Kabupaten Klaten misalnya, ada Desa Deles yang menawarkan pesona desa khas kaki Merapi di sisi timur tenggara. Di sekitar Deles sendiri kini telah banyak muncul spot-spot wisata menarik lainnya yang juga menyuguhkan menu pemandangan Merapi. Demikian halnya dengan Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang memiliki Kali Urang sebagai ikon wisata kebanggaannya di kaki Merapi. Menawarkan keindahan gunung dengan lanskap pohon cemara dan taman-taman bermain, sekaligus warung-warung sebagai tempat wisata kuliner, Kali Urang bisa menjadi pilihan bagi warga ibu kota yang ingin melepas penat dan menikmati sejuk udara pegunungan.

Tak hanya di kaki-kakinya saja, puncak Merapi juga memiliki magnet yang kuat bagi para pedaki Gunung. Oleh karena itu, tak mengherankan jika para pecinta alam, khususnya para pendaki gunung ingin mengintip kemolekan puncak gunung berapi yang kondang dengan asap ‘wedhus gembel’ saat meletus itu. Likuan terjal, licin, hingga dinginya udara tak menyurutkan para pendaki gunung untuk terus melangkah demi bisa menginjakkan kakinya di puncak gunung yang juga dikenal memilki juru
kunci kondang ‘Almarhum Mbah Maridjan’ tersebut.

Membaca beberapa kalimat di atas, siapa saja yang belum pernah bertandang ke Merapi rasanya seperti terseret magnet ingin berkunjung bukan?! Namun, juga tak bisa dikesampingkan jika Merapi menyimpan bahaya luar biasa dibalik pesonanya yang begitu menggoda. Bagaimana tidak, Merapi tercatat sebagai salah satu berapi teraktif di dunia. Publik tentu masih ingat, bagaimana ganasnya erupsi pada 2010 silam. Berbeda dengan letusan beberapa tahun sebelumnya yang cenderung memuntahkan lava pijar serta awan panas ‘wedhus gembel’ dalam jumlah wajar, erupsi 2010 benar-benar super ‘GEDE’. Sejarah mencatat jika letusan lebih dari satu dekade silam merupakan letusan terbesar sejak lebih dari 100 tahun lalu. Artinya, generasi tertua yang masih hidup hingga erupsi itu terjadi baru menyaksikan letusan terbesar Merapi pada 2010 itu.

Tak hanya membuat alam koyak, letusan itu juga merenggut tak sedikit nyawa juga menyapu bersih harta benda. Media massa baik dalam dan luar negeri tentu merekam masa-masa di mana Jawa Tengah dan Jogja dilanda duka yang luar biasa itu. Muntahan material yang luar biasa banyak membuat tak sedikit warga yang tinggal di radius luncuran material serta awan panas erupsi Merapi kehilangan tempat tinggalnya. Bukan hanya rusak, tetapi rumah mereka benar-benar lenyap. Kalau pun ada yang masih berwujud bangunan, sungguh jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Ternak-ternak mati terpanggang bahkan juga lenyap dan hanya menjadi abu—saking panasnya suhu awan panas juga material Merapi yang dimuntahkan kala itu. Tentu saja, duka yang begitu dalam lantaran tak sedikit masyarakat kehilangan anggota keluarga yang tiada karena terimbas erupsi.

Membaca beberapa rangkaian kalimat di atas akan membuat Anda yang semula ingin bertandang ke Merapi mengurungkan niat. Sementara Anda yang juga menjadi saksi bisu, bahkan menjadi korban ganasnya erupsi 2010 silam mungkin akan kembali menitikan air mata. Namun, ini adalah kondisi yang nyata di Merapi, selalu menyisakan duka kala berulah, tetapi setelahnya menyuguhkan berkah. Limpahan material vulkanik sebagai sisa erupsi merupakan berkah bagi masyarakat sekitar. Pasir Merapi dikenal memiliki kualitas baik untuk pembangunan konstruksi bangunan, sehingga permintaannya juga tinggi.

Sekelumit cerita di atas membawa kita sampai pada satu kesimpulan, bahwa selalu ada dua sisi koin. Demikian halnya dengan Merapi yang Tuhan ciptakan dengan keindahannya sekaligus menyimpan bahaya di baliknya. Sebagai manusia hal yang bisa dilakukan adalah menjaga keindahannya dan kala memang sudah masanya untuk ‘muntah’ biarlah Merapi melakukan ‘hajatnya’. Sebagai insan yang dibekali dengan akal pikiran, sudah selayaknya jika Merapi menunjukan gejala akan erupsi, masyarakat yang tinggal di sekelilingnya mengamankan diri. Terlebih saat ini telah ada peringatan dari pemerintah tentang kapan warga harus mengungsi saat kondisi sudah tak kondusif.

Akhirnya, bagi Anda yang hobi traveling, tak perlu takut untuk melancong ke Merapi, karena letusannya tidak tiba-tiba. Anda hanya perlu memantau perkembangan berita terkini Merapi untuk memastikan wisata dalam keadaan aman. (yps)