Bagi pecinta wisata alam, pesona Gunung Rinjani tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Gunung yang belakangan kembali viral berkat fenomena topi awan-nya ini bahkan disebut-sebut sebagai gunung bintang lima. Di samping Semeru, Rinjani memang selalu menjadi bagian mimpi setiap pendaki dari seluruh Indonesia.
Gunung Rinjani merupakan salah satu magnet pariwisata Pulau Lombok yang paling terkenal. Meskipun jalur pendakian sempat ditutup akibat gempa Juli 2018 silam, Rinjani ternyata tidak pernah kehilangan pesonanya. Bahkan kabarnya, kini gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia ini tidak hanya terkenal di kalangan pendaki domestik saja, melainkan juga menjadi incaran para pendaki internasional.
Sejak pertengahan bulan Juni 2019 lalu, jumlah pendaki yang tercatat di Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ada sekitar 300 orang. Jumlah wisatawan asing yang terdaftar jumlahnya bukan main tinggi. Dari 300 peserta, setidaknya 80% di antaranya merupakan pendaki asing. Mereka siap mendaki Gunung Rinjani secara bertahap dari empat jalur yang baru saja dibuka: Sembalun, Senaru, Aiq Berik dan Timbanuh.
Baca juga: Keunikan Wisata Gunung Bromo, Mengunjungi Gurun di Gunung
Ada sejumlah alasan kenapa Gunung Rinjani menjadi idola pendaki internasional. Melansir Phimeno.com, Minggu (21/7/2019), Rinjani merupakan bagian Seven Summits of Indonesia. Di bawah Puncak Jaya dan Gunung Kerinci, Rinjani dinobatkan sebagai puncak ke-3 tertinggi di tanah air dengan ketinggian mencapai 3726 mdpl.
Barang siapapun yang berhasil menginjakan kaki di puncak Rinjani, niscaya akan diganjar pemandangan berupa kaki langit yang terbentang tanpa batas. Di sanalah sobat pendaki bisa menyaksikan keelokan lanskap Gunung Batur, Gunung Agung, Gunung Tambora, dan laut lepas secara bersamaan.
Selain itu, letak Gunung Rinjani yang berada di persinggungan garis batas Wallace membuat ekosistem sekitar menjadi sangat unik. Di sini, sobat bisa menyaksikan pertemuan antara flora dan fauna khas benua Asia dengan Australia. Berkat keunikan ini, Rinjani sudah mendapat pengakuan sebagai bagian Geopark UNESCO sejak April 2018. (IA)
Sumber gambar: travelingyuk.com